Tahun 2020 merupakan tahun challenging untuk museum di Yogyakarta. Sejak pandemi Covid 19 masuk di Indonesia sekitar bulan Maret 2020, banyak museum yang tutup karena kondisi yang mengharuskan stay at home. Namun begitu, ada pula Museum yang tetap buka dan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti Museum Sonobudoyo.
Sekitar bulan Oktober – November 2020, sudah banyak Museum di Yogyakarta yang kembali beroperasional seperti biasa walaupun tetap menggunakan protokol Kesehatan. Namun pertanyaannya “Apakah ada rasa rindu di hati masyarakat untuk tidak berkunjung ke Museum sekian lama?” atau malah “Tutup atau Nggak Tutup sama saja?”
Hal ini menjadi tantangan bagi Museum untuk selalu ada di hati masyarakat seperti tagline yang seharusnya “Salam Sahabat Museum, Museum di hatiku”. Namun untuk menciptakan rasa rindu tentunya harus ada perasaan senang terhadap sesuatu tersebut. Begitulah yang diutarakan Dr. Ayu Helena dalam Seminar Series Kepariwisataan 15 Desember 2020.
Pada hari Selasa, 15 Desember 2020. Prodi S2/S3 Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengadakan Seminar Series Kepariwisataan bertajuk, ‘Museum di Yogyakarta: Masalah Promosi dan Solusinya’. Seminar menghadirkan Ibu Dr. Ayu Helena Cornellia, B.A, M.Si, alumni S3 Kajian Pariwisata UGM. Seminar mengundang pula Prof. Drs. John Soeprihanto, MIM, PhD sebagai pembahas dan dimoderatori oleh Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc
Komunikasi Pemasaran yang merupakan salah satu bidang ilmu dalam Pemasaran secara umum dapat menjadi salah satu strategi bagi Museum untuk menciptakan rasa senang bagi pengunjung. Harus ada To Do, To See, To Buy dan To Experience. Yang terakhir ini (To Experience) menjadi hal yang sangat berkesan bagi Millenials yang memiliki jumlah target pasar terbesar di Indonesia saat ini.
Menurut Dr. Ayu Helena Cornellia, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Alvara Research Center (alvara-strategic.com), dikemukakan bahwa pada tahun 2020 ini Millenials adalah “The Rising Market” dan jumlah Millenials saat ini mendominasi market. Hal ini akan terus berlanjut kemungkinan sampai sekitar tahun 2035. Berdasarkan hal tersebut tentunya Museum sebagai Destinasi Pariwisata harus berbenah untuk memenuhi hal hal yang disenangi oleh generasi Millenial begitu pula generasi setelahnya sebut saja generasi Z atau generasi Alpha. Dalam studi ini ditemukan Sembilan perilaku utama generasi milenial Indonesia yaitu kecanduan internet, loyalitas rendah, cashless, kerja cerdas dan cepat, multitasking, suka jalan jalan, cuek dengan politik, suka berbagi dan yang terakhir kepemilikan terhadap barang barang rendah.
Dr. Ayu Helena Cornellia menambahkan dengan mengutip riset dari Jasmine Rahma Amalia (2020) mahasiswi Universitas Pertamina yang menyampaikan alasan kenapa Generasi Millenial Emoh ke Museum adalah kurangnya interaksi yang ada di Museum serta kurang proaktif dalam mengajak masyarakat untuk ke museum. Saat ini penting bagi museum untuk meningkatkan minat kunjungan masyarakat melalui unggahan informasi dan aktivitas di media sosial serta menguatkan electronic word of mouth (E-WOM).
Belajar dari krisis virus Corona 19 di era Industry 4.0 ini, diharapkan akan ada lesson learnt kedepannya yaitu mempersiapkan business agility yaitu kemampuan untuk berpikir dan memahami keadaan dengan cepat, kolaborasi yang konstan dan iterasi berkelanjutan. Selain itu Resilience atau sikap yang menunjukkan daya tahan dan tahan banting terhadap tekanan perlu untuk terus diupayakan.
Persaingan dengan destinasi atau atraksi pariwisata lain akan terus muncul apalagi di era disrupsi teknologi ini. Sehingga Museum perlu memiliki “Brand Standard” sendiri untuk selalu ada di hati.
Dr. Ayu Helena Cornellia memberikan tips dalam promosi museum yaitu: 1) Mengaktifkan dan meningkatkan Media Sosial, 2) Mengaktifkan dan meningkatkan traffic Website, 3) Mengadakan special events – online dan offline, 4) Perlunya Advertising dan kegiatan Public Relations dan 5) Melibatkan Millenial
Sedangkan pembahas, Drs. John Soeprihanto, MMI, PhD senada menyampaikan bahwa untuk dapat bertahan dan berkembang di era Digital dan pandemi Covid 19 serta mentargetkan Millenials, beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh museum adalah : 1) Mengembangkan media sosial, 2) Memiliki SDM yang mumpuni di bidang PR/Marketing 3) Product & Service yang menciptakan Guest Experience/Parcipatory dan 4) Sering mengadakan interactive event online atau offline 1 bulan 1 x
Selain itu Drs. John Soeprihanto, MMI, PhD dan Dr. Ayu Helena Cornellia setuju untuk menekankan perlunya diversifikasi event di Museum sebagai upaya promosi baik pada millenials maupun generasi sesudahnya yang nantinya akan menjadi market baru.