Pada hari Selasa 3 November 2020, Program Studi Kajian Pariwisata UGM mengadakan webinar nasional Heritage Tourism di Surakarta Kota: Model Pengembangan Berbasis Kearifan Lokal? Pemantik diskusi adalah Dr. RR. Erna Sadiarti Budiningtyas, S.Sos, M.Sc, Dosen dan Peneliti Pariwisata ABA St. Pignatelli Surakarta, dengan penanggap Prof. M. Baiquni, MA dan dimoderatori oleh Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc. Webinar diikuti oleh 85 orang baik mahasiswa, alumni maupun masyarakat luas.
Surakarta yg memiliki dua keraton Kasunan dan Pura Mangkunegaran merupakan anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) sejak tahun 2008. Surakarta memiliki hampir semua aspek penting untuk pengembangan pariwisata seperti budaya yang dijunjung tinggi, bangunan sejarah, kuliner dan akses yang relatif mudah. Tetapi ternyata dalam perkembangannya, pariwisata di Surakarta tidak semeriah kerajaan tetangganya, Yogyakarta.
Dr. Erna Sadiarti yang menyoroti Kawasan Cagar Budaya Permukiman Baluwarti, mengatakan bahwa ada dua persoalan yang membuat kegiatan pariwisata belum dapat berkembang yaitu masalah internal dan masalah external. Masalah internal diantaranya keterbatasan lahan, pelapisan sosial tradisional, status kepemilikan tanah, dan konflik internal di dalam struktur keraton. Sedangkan masalah eksternal yaitu kebijakan pemerintah belum difokuskan pada pengelolaan pariwisata berbasis kearifan lokal dan masalah dari Keraton Surakarta.
Dr. Erna menyimpulkan bahwa identitas masyarakat Laweyan adalah Batik. Keraton Kasunanan Surakarta menjadi pembentuk identitas masyarakat Baluwarti. Model kepariwisataan Laweyan saat ini unsustainable tourism (Kopen ora kajen). Model kepariwisataan Baluwarti saat ini undeveloped tourism (Kajen ora kopen). Menurutnya heritage tourism harusnya memenuhi keduanya yaitu: Kajen lan Kopen atau Kajen: dihormati, disegani; Kopen: terpelihara, terawat
Prof. Baiquni sebagai penanggap memandang perlu untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama dan mengeksplorasi, mengalami dan menikmati dari something to see ke someting to enjoy and experience. Pengelola harus menemukan hal yang menarik diantaranya batik, kuliner dan cerita sejarah.