Gastronomi atau tata boga bukan sebatas kuliner biasa. Di dalamnya terdapat seni dan ilmu memasak, menghidangkan, mencicipi, merasakan pengalaman, mencari, mempelajari, meneliti dan menulis tentang makanan serta segala hal yang berkaitan dengan gizi manusia.
Gastronomi juga mencakup konsep baru dari pusaka budaya dan warisan budaya yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.Begitu kata Ketua Prodi Manajemen Industri Katering FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. Dewi Turgarini., S.S., MM.Par saat menjadi pemantik diskusi bertema “Peluang dan Tantangan Wisata Gastronomi di Indonesia” yang digelar Program Studi Kajian Pariwisata UGM secara virtual, Selasa lalu.
Selain itu, wisata gastronomi juga berpotensi untuk membentuk toleransi karena sifatnya yang sangat cair lintas suku, bangsa, ras, kelompok agama dan gender.
“Setiap daerah memiliki ikon pariwisata yang bisa diangkat yang dapat dilengkapi dengan keberadaan gastronomi yang unik. Hal ini bisa menjadi sebuah ikon branding bagi sebuah destinasi, memberikan soft power bagi diplomasi, toleransi, mempromosikan budaya, identitas dan nilai, pencitraan serta pengamblian keputusan,” tuturnya.
Hanya saja, pengembangan pariwisata berbasis gastronomi masih terkendala. Di antaranya, belum disadari potensi makanan tradisional dan lokal sebagai daya tarik wisata.
read more