Pada hari Selasa 17 November 2020, Program Studi S2/S3 Kajian Pariwisata UGM mengadakan webinar nasional dengan tema Benang Kusut Pengelolaan Pariwisata Dieng. Pembicara pada diskusi ini adalah Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos, M.Si. Sebagai penanggap adalah Drs. Marsis Sutopo, M.Si. Moderator dalam diskusi adalah Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A.M, Phil. Webinar diikuti oleh sekitar 60 orang, baik mahasiswa, alumni maupun masyarakat umum.
Dr. Destha menyampaikan bahwa Dieng merupakan kawasan yang sangat unik, tidak hanya karena kondisi lingkungan yang subur untuk pertanian tetapi juga karena adanya keberadaan peninggalan arkeologi yang penting. Faktor iklim menjadi daya tarik pariwisata yang tidak ditemukan ditempat yaitu ‘embun upas’, semacam titik es seperti salju. Terdapat pula telaga warna, kawah Singkidang dan Kolam renang air hangat. Selain itu cerita rakyat dan kehidupan masyarakat masih menjunjung nilai nilai budaya seperti dalam dilihat dalam upacara ‘rambut gembel’. Sehingga secara potensi pariwisata Dr. Destha memandang Dieng Plateu cukup komplit sebagai destinasi karena memiliki atraksi alam, budaya dan keunikan spesifik.
Respon masyarakat cukup baik, diantaranya dg mengolah hasil pertanian, mengembangkan kesenian, membangun homestay dan mengadakan event event pariwisata. Kendati demikian Dr. Destha menyebutkan rendahnya kemampuan dan keinginan dalam kewirausahaan
Marsis Sutopo sebagai penanggab menambahkan bahwa ancaman yang terjadi di Dieng perlu dikendalikan jika tidak akan menimbulkan masalah berkepanjangan. Diantaranya, pertanian kentang yang masif, perkembangan pariwisata yang cepat, perubahan tata guna lahan dan perubahan dari rural ke urban. Selain itu masalah saat ini ada sinkronisasi pengeloaan karena pintu masuknya di Wonosobo tetapi destinasinya berada di Banjarnegara. Kawasan Dieng berada di dua kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara. Pariwisata seolah olah jalan sendiri tanpa adanya koordinasi yang serius antara berebagai pihak. Penataan belum maksimal dan terintegrasi, terutama persampahan dan tata ruang yg masih buruk. Diusulkan adanya Badan Pengelola khusus untuk Dieng, semacam Dieng Tourism Board.
Diskusi kemudian mengerucut untuk menyetujui perlunya mendorong kerjasama secara sinergi antara semua pihak. Hal ini penting karena Dieng masuk dalam kawasan strategis nasional yang juga direncanakan sebagai penyangga kawasan Borobudur.