Universitas Gadjah Mada Program Studi Kajian Pariwisata
Universitas Gadjah Mada
  • BERANDA
  • TENTANG KAMI
    • Pengelola Program Studi
  • Program Magister
    • Visi & Misi Program Magister
    • Dosen Pengajar Program Magister
    • Mata Kuliah Program Magister
      • Mata Kuliah Kurikulum 2023
      • Mata Kuliah Kurikulum 2025
    • Pendaftaran Program Magister
  • Program Doktor
    • Visi & Misi Program Doktor
    • Dosen Pengajar Program Doktor
    • Kurikulum & Matakuliah Program Doktor
  • INFORMASI
    • Berita
    • Pengumuman
  • KONTAK KAMI
  • Beranda
  • Berita
  • hal. 10
Arsip:

Berita

Kerjasama Double Degree Master in Sustainable Tourism dengan Faculty of Arts Monash University

Berita Monday, 12 March 2018

Pertemuan dengan Delegasi dari Faculty of Arts Monash University yang berkunjung ke Yogyakarta – dan berkunjung ke UGM dalam rangka pembahasan mengenai rencana Double Degree Master in Sustainable Tourism pada tanggal 28 February 2018 bertempat diruang Sidang Pimpinan Sekolah Pascasarjana UGM ditemui oleh Dekan SPs Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D. , Ketua Prodi Magister Kajian Pariwisata Prof. Dr. M. Baiquni, M.A. dan Sekretaris Program Studi Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc. Delegasi dari Monash adalah sbb:
1. Dr. Cecilia Hewlett, Associate Dean International
2. Associate Professor Vicki Peel, Deputy Associate Dean (Graduate Coursework)
3. Dr Bodean Hedwards, Project Manager, Faculty of Arts
4. Mr Kevin Evans, Indonesia Director of the Australia-Indonesia Centre
5. Selvi Tanggara, Monash Indonesia Representative Office

Makrab Mahasiswa Pariwisata 2018

Berita Monday, 12 March 2018

Dalam rangka menyambut mahasiswa baru MKP sekaligus keakraban antar angkatan, Program Studi Magister Kajian Pariwisata mengadakan kegiatan Outbond keakraban mahasiswa antar angkatan yang diselenggarakan pada:
Hari tanggal: Jumat 16 Februari 2018
Pukul: 08.30 sampai selesai
Dengan acara kegiatan:
1. Outbound keakraban antar angkatan
2. Orientasi judul dan pemantapan riset tesis.
3. Ramah tamah

Tempat: Kembang Sentikan RT 4. Ds Karangnongko. Desa Tirtomartani. Kec Kalasan. Kab Sleman

 

Kunjungan Pembina dan Pengelola Desa Wisata di Program Studi S2 Kajian Pariwisata SPs Lintas Disiplin UGM

Berita Friday, 8 December 2017

Dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM bagi para pembina dan pengelola desa-desa wisata di wilayah Kabupaten Banjarnegara dipandang perlu dilakukan. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara , khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara berupaya melakukan kemitraan dengan cara melaksanakan kunjungan ke Program Studi S2 Kajian Pariwisata SPs Lintas Disiplin UGM guna mendapatkan pembekalan sekaligus penguatan dari pihak yang berkompeten. Acara tersebut dilaksanakan pada hari jumat tanggal 8 Desember 2017 di ruang sidang A gedung Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin UGM , yang dihadiri oleh Kepala Dinas , Kasie dan pengelola Desa Wisata di wilayah Banjarnegara. Selaku Narasumber adalah Ketua Program Studi S2 Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.

 

Pembangunan Destinasi Pariwisata Mendorong Pembangunan Daerah

Berita Wednesday, 8 February 2017

“Membangun destinasi pariwisata di daerah sama artinya dengan memdorong pembangunan daerah”, ujar Prof. Dr. M. Baiquni, M.A (Pakar UGM) dalam memulai paparannya pada Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komite III DPD RI dengan Asosiasi Travel Indonesia (ASITA), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Pakar dari UGM mengenai masalah kepariwisataan yang dipimpin oleh Ketua Komite III Drs. H. Hardi Selamat Hood, didampingi oleh Wakil Ketua Komite III Pdt. Carles Simaremare di ruang rapat Gedung B DPD RI, Jakarta-Senayan, Selasa, (7/02/2017).

Baiquni menyatakan bahwa pembangunan destinasi pariwisata dapat mendorong pembangunan daerah, namun hal ini perlu diiringi kemampuan masyarakat guna mendukung investasi yang ditanam oleh para investor dengan output yang akan dihasilkan. Peran masyarakat daerah tidak boleh dihilangkan sama sekali dalam pembangunan destinasi pariwisata daerah. Karena masyarakatlah yang memahami kearifan lokal dan nilai-nilai di daerahnya. Modal dasar pariwisata itu alam dan budaya. Hak ulayat adat perlu dipertahankan begitu juga ekosistem. Untuk itu partisipasi masyarakat dalam pembangunan destinasi sangat diperlukan.

Guna mendukung hal tersebut menurut Baiquni pendidikan pariwisata bagi masyarakat daerah juga perlu mendapat perhatian karena ini merupakan investasi jangka panjang. Dari pendidikan pariwisata dapat menghasilkan research dan inovasi sehingga bisa langsung memberikan manfaat untuk dunia pariwisata. Selain itu masyarakat daerah juga perlu dibina untuk membangun kreatifitas agar investasi yang ada terserap dengan baik.

Dalam pembangunan destinasi pariwisata salah satu komponen penting yang harus dibangun adalah branding, yang berfungsi meneguhkan jati diri dan mengembangkan citra (encouraging) dari destinasi tersebut. Baiquni mengusulkan 10 destinasi pariwisata di daerah perbatasan, salah satunya di daerah Nunukan. Selain destinasi, marketing atau pemasaran juga merupakan hal penting dalam menarik wisatawan untuk datang dan menikmati destinasi pariwisata. Mengingat Indonesia memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan negara lainnya. “Dalam indeks daya saing pariwisata, Indonesia memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan negara lainnya”, ujar H. Asnawi Bar, S.E., M.Si selaku Ketua Asosiasi Travel Indonesia (ASITA). Keunggulan tersebut adalah price competitive, Prioritization of travel and tourism dan Natural Resources.

Senator asal NTB Baiq Diyah Ratu Ganefi meminta agar mengkampanyekan gerakan wisata murah. Hal ini harus diupayakan baik dari pemerintah maupun para pelaku bisnis di dunia pariwisata Indonesia guna menarik wisatawan lebih banyak. Pendapatan daerah meningkat dengan mudah, sebagaimana diketahui bahwa pariwisata merupakan penyumbang PDB dan devisa yang sangat murah dan mudah.

Kelembagaan kepariwisataan menurut Kosmian Pudjiadi Sekjen PHRI dalam pembangunan kepariwisataan nasional perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat harusnya bisa memberikan intensif ke asosiasi kepariwisataan, dukungan pemerintah belum cukup kuat sehingga tidak bisa berkompetisi dengan asosiasi luar yang memberikan harga jauh lebih murah dalam memberikan penawaran harga. Namun Kosmian memberikan apresiasi kepada pemerintah yang sedang mempersiapkan sertifikasi. Aparat daerah juga menurutnya perlu diperhatikan karena terkait dengan anggaran pengelolaan kepariwisataan daerah. (nis)

::source

Internasional Academic Conference on Tourism 2016 (INTACT)

Berita Tuesday, 4 October 2016

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah pariwisata, khususnya wisata bahari. Namun kecenderungannya, wisata saat ini hanya berorientasi pada wisata darat saja, sementara masih banyak wilayah wisata laut belum dapat dinikmati, karena lemahnya infrasturktur.

Demikian yang disampaikan Dr. Dyah Widiastuti, Sekretaris Pusat Studi Pariwisata UGM di sela acara Internasional Academic Conference on Tourism 2016 (INTACT) yang kedua di  Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM pada Kamis, 29 September 2016. “Kita harus mengembangkan pariwisata tidak hanya berorientasi pada daratan namun juga berorientasi pada lautan dan konektivitas antar pulau dengan karakter yang berbeda-beda.” Papar Dosen Geografi UGM ini.

Menurut Dr. Dyah, saat ini, perjalanan wisata laut masih berorientasi pada kebutuhan dasar, bukan untuk kebutuhan wisata utama, yaitu kenyamanan, dan keindahan. Juga tidak tersedianya fasilitas penunjang seperti akses kesehatan dan komunikasi,  masih menjadi masalah di wisata bahari saat ini. “Bukan soal jarak, namun keterjangkauan” tambah Dr. Dyah.

Seminar yang diikuti oleh dua ratusan peserta ini mengambil tema Wisata Bahari, dan terselenggara atas kerjasama Pusat Studi Pariwisata UGM – Kemenristek Dikti, Kementerian Pariwisata – PT. Lintas Ekowisata Indonesia dan Program Studi Kajian Pariwisata SPs UGM, sekaligus untuk menindaklanjuti Nawacita yang dicanangkan Presiden Jokowi tentang negara maritim. Disisi lain, pengelolaan pariwisata berkelanjutan pada akhirnya akan menguntungkan bagi masyarakat luas.

Hadir sebagai pembicara, Prof. Richard Butler ahli pariwisata dari Scotlandia, Dr. Michael Lueck, ahli marine turism dari New Zealand, dan Prof. Dr.Heddi Shri Ahimsa Putra, dosen Antropologi UGM. (SPs/arni)

::source

Gandeng Negara Kepulauan Asia Pasifik, UGM Kembangkan Ekowisata

Berita Thursday, 28 April 2011

YOGYAKARTA Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM menggandeng negara-negara di kepulauan Asia Pasifik untuk mengembangkan ekowisata, yakni kepariwisataan yang selaras dengan lingkungan. Negara-negara yang diajak bekerja sama adalah Malaysia, Kepulauan Fiji, Samoa, Marshal Island, Solomon, Vanuatu, Tuvalu, Tonga, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Ketua Program Studi Kajian Pariwisata UGM yang juga merangkap sebagai Kepala Puspar UGM, Dr. M. Baiquni, M.A., mengatakan rintisan kerja sama negara-negara Asia Pasifik dengan Indonesia dalam pengembangan wisata berbasis alam ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan yang ada di negara-negara tersebut. “Yang menarik dari ekowisata ini, di samping memberikan kepedulian terhadap lingkungan, sektor ini diharapkan memberikan manfaat bagi ekonomi masyarakat yang kita sebut 3p, profit, people, and planet,” kata Baiquni dalam kegiatan International Conference on Ecotourism, Rabu (27/4), di Prambanan Room Hotel Inna Garuda.

Kendati ekowisata sudah lama dikembangkan di Indonesia, dengan menggandeng beberapa negara tersebut diharapkan dapat memberikan posisi geopolitik negara-negara di kawasan ini dalam diplomasi dengan negara-negara maju, dalam hal komitmen antisipasi perubahan iklim dan pemanasan global. “Lewat International Conference on Ecotourism ini, kita mengimbau negara maju dan negara industri besar dunia untuk memberikan kepedulian terhadap ecotourism karena dampak perubahan iklim jusru mengancam keberadaan pulau-pulau kecil di Asia Pasifik” tambahnya.

Lebih lanjut Baiquni menjelaskan ekowisata diharapkan mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi pulau-pulau kecil di kawasan Asia Pasifik. Sementara di Indonesia, ekowisata telah dilaksanakan di NTB, NTT, Bali, Manado, dan sebagainya. “Di Jogjakarta sendiri sudah ada wisata gunung, agrowisata, dan wisata alam lainnya,” sebutnya.

Pengamat dan sekaligus konsultan pariwisata asal Nepal, Thakur Prasad Devkota, mengatakan industri pariwisata saat ini menjadi sumber pendapatan ekonomi beberapa negara. Tercatat terdapat 924 juta kunjungan wisatawan di seluruh dunia setiap tahunnya. Ia mengutip data World Tourism Organization (UNWTO), kunjungan wisatawan ke nagara-negara Asia Pasifik mencapai 182 juta orang pada tahun 2007 dan kemudian meningkat menjadi 184 juta wisatawan pada 2008.

Sementara itu, Dirjen Bidang Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Andri Hadi, mengatakan negara-negara berkembang memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata melalui daya tarik budaya, keindahan alam, dan biodiversitas. Selain itu, pengembangan ekowisata diharapkan mampu menekan jumlah angka kemiskinan, terutama di daerah-daerah pedesaan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

::source

1…8910

Berita Terakhir

  • PKM MKP UGM Menggali Potensi Karangrejo: Wisata Edukasi dan Kearifan Lokal
  • Belajar Langsung Community-Based Tourism, Mahasiswa MKP UGM Kunjungi Desa Ekowisata Pancoh dan Desa Wisata Pulesari
  • Diskusi Santai Bersama Alumni Kajian Pariwisata UGM : Menyulam Inspirasi dan Kebersamaan
  • Sarasehan Temu Alumni Kajian Pariwisata UGM 2025: Refleksi dan Sinergi untuk Masa Depan Pariwisata
  • Temu Alumni Kajian Pariwisata UGM 2025: “Sinergi untuk Negeri”
Universitas Gadjah Mada

Program Studi Kajian Pariwisata

Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin

Universitas Gadjah Mada,

Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281

Telp:+62 821-3467-0080|Email: mkp-ugm@ugm.ac.id

© Program Studi Kajian Pariwisata - Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY